Sabtu, 31 Maret 2012
Potensi
Bayangkan anda berada di atas tempat dan posisi paling tinggi dan lebih dari yang lain ...... dan coba bicara dan teriak laksana anda sebagai pemimpin yang dinanti oleh semua orang ..... datang dinanti pergi diharapkan kehadirannya .... Maka dari itu semasa anda hidup berbuat baiklah pada orang lain sehingga bila anda tiada nama masih tetap harum ... ibarat pepatah Saat engkau lahir Engkau menangis dan dunia tersenyum menyambutmu ......maka berbuat baiklah selama hidup di dunia sehingga dunia menangis saat engkau pergi dan engkau tersenyum menghadap Nya ...
Potensi Diri
Ketika Allah menghidupkan kita kembali, yang menghiasi kita adalah amal perbuatan semasa hidup....
Pertanyaan pentingnya adalah,apakah kita percaya pada Hari Kebangkitan? Kalau tidak, maka mentahlah semua kepercayaan kita kepada Allah selaku Penguasa Tunggal atas kehidupan, di dunia dan di akhirat. Karena salah satu landasan iman dan kepercayaan yang benar kepada Allah SWT. ialah bahwa kita meyakini adanya Hari Kebangkitan. Dan itu artinya kita meyakini Allah sebagai Yang Maha Menciptakan dan Mengembalikan.
Tadinya kita tiada, lalu Allah menjadikannya ada – untuk kemudian kembali kepada tiada melalui kematian, dan selanjutnya Allah akan mengembalikan kita (menjadikan kita ada kembali) di Hari Kebangkitan di akhirat. Nah, kalau kita mempercayai itu, maka kita akan paham bahwa kehidupan di dunia ini fana adanya. Hanya sementara.
Sebab, apabila akhir usia kita telah sampai – tak peduli berapa panjang atau pendeknya, kita harus kembali kepada ketiadaan, kembali kepada Tuhan yang telah menciptakan kita, yang menguasai jiwa kita, ruh kita.
Dan apabila hal itu terjadi, tentunya seperti kita ketika lahir – tiada membawa apa-apa. Sebab, tiada gunanya apa pun yang dikuburkan bersama kita. Karena urusan kita sudah bukan lagi fisik, melainkan non-fisik. Tugas fisik kita telah selesai selama di dunia, maka kini adalah urusan kita secara non-fisik kepada Tuhan. Karena kita harus mempertanggung-jawabkan segala yang telah Tuhan amanatkan kepada kita. Kalau rapor kita bagus, ya selamatlah kita. Namun kalau sebaliknya, tamatlah sudah.
Kita dilahirkan dalam keadaan suci, dan diperintahkan untuk menjaga kesucian itu. Bahkan menghiasinya dengan berbagai amal kebajikan dan ketaatan kepada Sang Khalik. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita tidak ingat akan misi utama itu. Karena umumnya kita lebih suka bermain-main dengan dunia dan mengabaikan kewajiban kita terhadap Tuhan yang telah memberi kita banyak hal. Dan karenanya, kita kemudian kembali kepada Allah sebagai hamba yang bergelimang kekotoran.
Kita ini diciptakan sebagai makhluk istimewa. Karena hanya kita yang dilahirkan dengan fitrah dan kemudian diizinkan untuk mengisi hidup kita dengan apa pun yang kita mau. Sehingga kita bisa berubah menjadi apa pun seperti yang kita mau. Kita yang terlahir bersih suci, bisa kembali kepada Allah sebagai manusia yang mulia, atau sebaliknya sebagai manusia yang lebih rendah dari binatang.
Kita diciptakan dan dilahirkan dengan potensi. Dan potensi itulah yang akan mengisi hidup kita luar-dalam. Namun tentu saja luar dan dalam itu tidak selalu sama. Bisa jadi luarnya terhormat, mulia, luar biasa di mata manusia – namun sesungguhnya di dalamnya keropos, rusak, berkarat, kotor. Atau sebaliknya, di luarnya terlihat biasa saja – namun di dalamnya penuh dengan kemuliaan.
Kita bisa menjadikan diri kita apa saja. Seperti babi yang rakus, atau serigala yang licik, maupun monyet yang rakus. Itu terserah kita. Karena kita juga bisa meraih derajat yang jauh lebih mulia dari malaikat. Semua potensi itu sudah ditanamkan Allah ke dalam diri kita, dan tinggal kita sendirilah yang memilih akan menjadikan diri kita apa.
Tantangannya jelas. Jalan menuju kebaikan itu sulit dan melelahkan. Sedangkan jalan kepada kesesatan itu sangatlah mudah dan terlihat indah, karena sesuai dengan nafsu syahwat kita. Namun sesungguhnya, mereka yang memilih jalan kebaikan, hidupnya penuh oleh ketenangan dan selalu merasa cukup – meski hanya memiliki sedikit. Sedangkan mereka yang menempuh jalan sesat akan selalu merasa kurang dan tidak tenang, walaupun orang lain melihatnya telah memiliki segalanya.
Karena kenikmatan dunia itu laksana air laut, yang semakin diminum akan membuat kita jadi semakin haus. Dan ujungnya adalah malapetaka. Karena kita akan berakhir dengan perut rusak, dan dahaga yang terus menggila – padahal perut kita sudah tak mampu diisi lagi....
Jadi, mari kita syukuri hidup kita – meski seadanya, dan kita jaga hati kita dalam keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT. yang telah memberi kita banyak hal.... yang kita tidak bisa untuk menghitungnya ..... bahkan tidak mungkin bisa .......
Langganan:
Postingan (Atom)